Jumat, 16 November 2012

Training Detektif Sungai; "Kali Ngrowo Tulungagung Tercemar Berat"

PPLH (Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup) MANGKUBUMI Tulungagung telah melaksanakan training dengan tema besar Detektif Lingkungan. Kegiatan tersebut dilaksanakan selama Dua hari (satu hari di lokal dan satu hari di lapangan). Hari pertama training dilaksanakan di aula Kantor Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Tulungagung pada tanggal 15 Nopember 2012. Sedangkan hari ke Dua (16 Nopember 2012) pelatihan dilaksanakan di kali Ngrowo Tulungagung untuk melakukan deteksi langsung terhadap kondisi sungai Ngrowo yang melintas di tengah kota Tulungagung. 
 Pembukaan Training Detektif Lingkungan Oleh Ir. Anang Dari Dinas PU Kab. Tulungagung
Peserta training Detektif Sungai terdiri dari Lima belas (15) sekolah yang ada di Kabupaten Tulungagung. Sekolah tersebut adalah:  SMK I Boyolangu, SMK II Boyolangu, SMK III Boyolangu, MAN I Tulungagung,  MAN II Tulungagung, SMK Perwari Tulungagung,  SMUN I Kedungwaru, SMUN I Boyolangu, SMPN II Tulungagung, SMPN III Tulungagung, SMPN VI Tulungagung, MTSN Tulungagung, SMA Katolik, SMPN I Boyolangu, dan SMPN I Tulungagung. Hari pertama training peserta nampak antusias karena bagi mereka training semacam ini adalah hal baru.
 
Peserta Training Detektif Lingkungan

Hadir sebagai trainer detektif sungai adalah Riska Darmawanti dan Amir. Mereka adalah aktifis dari ecoton (Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah) dari Gresik Jawa Timur. Materi pokok dari training detektif sungai yang dikenalkan oleh trainer adalah metode biotilik. Biotilik berasal dari kata "bio" dan "tilik" yang berarti pemanfaat makhluk hidup (BIO) untuk menilik atau memantau lingkungan (TILIK) yang berarti sinonim dengan istilah "biomonitoring". 
Dengan demikian dapat diartikan bahwa biotilik adalah metode mendeteksi atau meneliti kondisi air di sungai dengan menggunakan mahkluk hidup yang hidup di perairan tersebut. Motede ini sangat murah dan mudah jika dibandingkan dengan menggunakan metode laboratorium. Menurut Amir, metode biotilik banyak dipakai di berbagai negara maju untuk mendeteksi atau meneliti kondisi kualitas air atau sungai, khususnya sungai atau air yang dijadikan kebutuhan pokok masyarakat untuk minum, mandi, mencuci adan kebutuhan lainnya. Di Indonesia metode biotilik belum populer, karena pihak pengelola dan penjual air tahu bahwa kualitas air minum yang dijual tidak atau kurang memenuhi standar air layak konsusmsi, demikian lanjut Amir.

         Amir, Saat Memberi Materi

 
Riska Darmawanti, Menyampaikan Materi Training

Sungai Ngrowo Tulungagung Tercemar Berat
Pada hari ke Dua training, para peserta di ajak langsung ke sungai untuk menerapkan metode deteksi biotiliknya. Sasaran deteksi adalah sungai Ngrowo. Saat ini sungai tersebut sedang di keruk. Dengan menggunakan perahu dari dinas PU Tulungagung peserta dengan didampingi trainer mengambil sample biotilik.

 Amir, Memberi Pengarahan Sebelum Mengambil Sample Biotilik

Riska,  Mengambil Sample Biotilik Dengan Para Pesrta Detektif Lingkungan

Setelah proses pengambilan sample biotilik, selanjutnya biota tersebut di bawa ke atas dan di analisa bareng-bareng dengan didapingi oleh trainer. Alat deteksinyapun sederhana, yakni jala,  nampan, sendok plastik dan buku petunjuk dari ecoton.

Peserta Menganalisa Biota Kali Ngrowo Tulungagung

Biota Kali Ngrowo Tulungagung

Jenis biota yang ditemukan dalam pemantauan saat itu antara lain adalah: Syphidae, naucoridae, disticidae larva, chironomidae, tubificidae, lumbricullidae dan lymnaeida. Seluruh biota tersebut adalah biota yang toleran atau bisa bertahan di dalam air sungai yang tercemar. Dengan demikian, scara sederhana dapat disimpulkan bahwa kondisi air sungai Ngrowo Tulungagung sangat tercemar. Beberapa penyebab tercemarnya sungai Ngrowo antara lain berasal dari limbah rumah tangga, pabrik, perhotelan dan lain-lain. 

Setelah proses deteksi biota air di sungai Ngrowo para peserta training selanjutnya melakukan diskusi di kantor PPLH MANGKUBUMI Tulungagung. Dalam diskusi tersebut akhirnya para training memutuskan membentuk sebuah komunitas dengan nama DELTA (Detektif Lingkungan Tulungagung) sekaligus mengangkat Fikri Amanullah dari SMKN 3 Boyolangu. Komunitas Delta ini rencananya akan melakukan pemantauan kualitas air di sungai Ngrowo setiap Tiga bulan sekali. Hasilnya akan didokumentasikan dan dijadikan rekomendasi kepada pihak berwajib untuk melakukan langkah-langkah penting dalam mewujudkan sungai yang sehat di Tulungagung, demikian ungap Fikri koordinator DELTA.

2 komentar:

  1. Ssebagai warga kami berharap semoga Tulungagung bisa lebih Bersih, Hijau dan Asri... trima kasih dan sukses selalu buat PPLH Tulungagung.

    BalasHapus
    Balasan
    1. terimakasih.... atas dukungannya.... jika punya waktu bisa berkunjung ke tempat kami dan berbagi pengalaman ya,,,

      Hapus

Terimakasih telah berkenan mengunjungi dan berbagi saran ke blog kami.